skip to main |
skip to sidebar
A. KARYA ILMIAH
Karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta
dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Yang
termasuk karangan ilmiah adalah makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan
laporan penelitian.
Ketentuan umum yang harus diperhatikan dalam pembuatan karangan ilmiah:
1. Kertas yang digunakan untuk mengetik karangan adalah kertas HVS
berukuran kuarto (21,5 x 28 cm). Untuk kulitnya, digunakan kertas yang
agak tebal.
2. Pengetikan menggunakan huruf tegak dan jelas (misalnya, Times New Roman) dengan ukuran 12.
3. Menggunakan tinta berwarna hitam.
4. Batas-batas pengetikan:
a. pias atas 4 cm;
b. pias bawah 3 cm;
c. pias kiri 4 cm; dan
d. pias kanan 3 cm.
Sistematika Karya Ilmiah
BAGIAN PEMBUKA
1 . Kulit Luar/Kover
Yang harus dicantumkan pada kulit luar dan halaman judul
a. Judul karangan ilmiah lengkap dengan anak judul (jika ada)
b. Keperluan Penyusunan
c. Nama Penyusun
d. Nama Lembaga Pendidikan
e. Nama Kota
f. Tahun Penyusunan
karangan ilmiah adalah sebagai berikut:
2 . Halaman Judul
3 . Halaman Pengesahan,
Dalam halaman ini dicantumkan nama guru pembimbing, kepala sekolah, dan tanggal, bulan, tahun persetujuan.
4 . Kata Pengantar
Kata pengantar dibuat untuk memberikan gambaran umum kepada pembaca
tentang penulisan karangan ilmiah. Kata pengantar hendaknya singkat tapi
jelas. Yang dicantumkan dalam kata pengantar adalah (1) puji syukur
kepada Tuhan, (2) keterangan dalam rangka apa karya dibuat, (3)
kesulitan/ hambatan yang dihadapi, (4) ucapan terima kasih kepada pihak
yang membantu tersusunnya karangan ilmiah, (5) harapanpenulis, (6) tempat, tanggal, tahun, dan nama penyusun karangan ilmiah.
5. Daftar Tabel
Tajuk Daftar Tabel dituliskan dengan huruf kapital semua dan terletak di tengah.
6. Daftar Grafik, Bagan, atau Skema
Pada dasarnya penulisannya hampir sama seperti penulisan Daftar Tabel.
7. Daftar Singkatan/Lambang
Penulisan sama dengan penulisan Daftar Tabel, Grafik, Bagan, atau Skema.
BAGIAN INTI KARANGAN
1. Bab Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Bagian ini memuat alasan penulis mengambil judul itu dan manfaat praktis
yang dapat diambil dari karangan ilmiah tersebut. Alasan-alasan ini
dituangkan dalam paragraf-paragraf yang dimulai dari hal yang bersifat
umum sampai yang bersifat khusus.
1.2 Rumusan masalah
Permasalahan yang timbul akan dibahas dalam bagian pembahasan dan ini
ada kaitannya dengan latar belakang masalah yang sudah dibahas
sebelumnya. Permasalahan ini dirumuskan dalam kalimat-kalimat
pertanyaan.
1.3 Tujuan
Bagian ini mencantumkan garis besar tujuan pembahasan dengan jelas dan
tujuan ini ada kaitannya dengan rumusan masalah dan relevansinya dengan
judul. Tujuan boleh lebih dari satu.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup ini menjelaskan pembatasan masalah yang dibahas.
Pembatasan masalah hendaknya terinci dan istilah istilah yang
berhubungan dirumuskan secara tepat. Rumusan ruang lingkup harus sesuai
dengan tujuan pembahasan.
1.5 Landasan Teori
Landasan teori berisi prinsip-prinsip teori yang mempengaruhi dalam
pembahasan. Teori ini juga berguna untuk membantu gambaran langkah kerja
sehingga membantu penulis dalam membahas masalah yang sedang diteliti.
1.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan kesimpulan/perkiraan yang dirumuskan dan untuk
sementara diterima, serta masih harus dibuktikan kebenarannya dengan
data-data otentik yang ada, pada bab-bab be rikutnya. Hipotesis harus
dirumuskan secara jelas dan sederhana, serta cukup mencakup masalah yang
dibahas.
1.7 Sumber data
Sumber data yang digunakan penulis karangan ilmiah biasanya adalah
kepustakaan, tempat kejadian peristiwa (hasil observasi), interview,
seminar, diskusi, dan sebagainya.
1.8 Metode dan teknik
a. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara mencari data bagi suatu penulisan,
ada yang secara deduktif dan atau induktif. Mencari data dapat dilakukan
dengan cara studi pustaka, penelitian lapangan, wawancara, seminar,
diskusi, dan lain sebagainya.
b. Teknik Penelitian
Teknik penelitian yang dapat digunakan ialah teknik wawancara, angket,
daftar kuesioner, dan observasi. Semua ini disesuaikan dengan masalah
yang dibahas.
1.9 Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan adalah suatu tulisan mengenai isi pokok secara
garis besar dari bab I sampai bab terakhir atau kesimpulan dari suatu
karangan ilmiah. Berdasarkan landasan teori
2. Bab Analisis/Bab Pembahasan
Bab ini merupakan bagian pokok dari sebuah karangan ilmiah,yaitu
masalah-masalah akan dibahas secara terperinci dan sistematis. Jika bab
pembahasan cukup besar, penulisan dapat dijadikan dalam beberapa anak
bab.
3. Bab Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan yang telah diperoleh dari penelitian yang
telah dilakukan. Kesimpulan adalah gambaran umum seluruh analisis dan
relevansinya dengan hipotesis yang sudah dikemukakan.Yang dimaksudkan
dengan saran adalah saran penulis tentang metode penelitian lanjutan,
penerapan hasil penelitian, atau beberapa saran yang ada relevansinya
dengan hambatan yang dialami selama penelitian.
BAGIAN PENUTUP
1. Daftar Pustaka
Tajuk daftar pustaka dituliskan dengan huruf kapital semua tanpa diberi
tanda baca dan dituliskan di tengah-tengah. Dalam daftar pustaka
dicantumkan semua kepustakaan, baik yang dijadikan acuan penyusunan
karangan maupun yang dijadikan bahan bacaan, termasuk artikel, makalah,
skripsi, disertasi, buku, dan lain-lain.
Semua acuan dalam daftar pustaka disusun menurut abjad nama pengarang
atau lembaga yang menerbitkan. Jadi, daftar pustaka tidak diberi nomor
urut. Jika tanpa nama pengarang atau lembaga, yang menjadi dasar urutan
adalah judul pustaka.
2. Penulisan Lampiran (jika diperlukan)
3. Penulisan Indeks (jika diper lukan)
B. PEMENTASAN DRAMA
Drama ditulis dengan maksud dipentaskan. Jadi, kurang lengkap jika
naskah drama tidak dipentaskan. Kita dapat menikmati dan mengapresiasi
cerita drama secara lengkap melalui pementasan. Pementasan drama harus
melibatkan berbagai unsur pendukung. Unsur tersebut dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian besar, yaitu:
Unsur utama, yang terdiri atas sutradara, pemain, teknisi (pekerja panggung), dan penonton.
Unsur pendukung, yang terdiri atas pentas dan komposisinya, kostum, tata rias, pencahayaan, tata suara, dan ilustrasi musik.
Pada saat akan menganalisis pementasan drama kamu bukan hanya melihat
unsur utama dan unsur ceritanya saja (tokoh, konflik, latar, penggarapan
bahasa, tema, dan pesan), melainkan harus melihat unsur pendukung.
Berikut ini adalah langkah-langkah pementasan drama.
1. Menyusun naskah berdasarkan ide asli atau saduran dari kisah-kisah yang telah ada.
2. Lakukan pembedahan secara bersama-sama terhadap isi naskah yang akan
dimainkan. Tujuannya agar semua calon pemain memahami isi naskah yang
akan dimainkan itu.
3. Calon pemain membaca keseluruhan naskah sehingga dapat mengenal masing-masing peran.
4. Melakukan pemilihan peran (Casting). Tujuannya agar peran yang akan dimainkan desuai dengan kemampuan akting pemain.
5. Mendalami peran yang akan dimainkan. Pendalaman peran dilakukan
dengan mengadakan pengamatan di lapangan. Misalnya, kalau peran kita
sebagai seoarang tukang jamu, lakukanlah pengamatan terhadap kebiasaan
dan cara kehidupan para tukang jamu. Demikian pula jika kita berperan
sebagai seorang raja.
6. Sutradara mengatur teknis pentas, yakni dengan cara mengarahkan dan
mengatur pemain. Misalnya, dari mana seorang pemain itu harus muncul dan
dari mana mereka berada ketika dialog dimainkan (Blocking) .
7. Pemain menjalani latihan secara lengkap, mulai dari dialog sampai pengaturan pentas (Running).
8. Gladi Resik atau latihan terakhir sebelum pentas. Semua bermain dari awal sampai akhir pementasan tanpa ada kesalahan lagi.
9. Pementasan yang akan dilaksanakan harus dengan pemain dan dekor yang siap dan lengkap.
Berikut contoh naskah drama.
Jalan desa menuju sawah ladang. Pagi. Sambil berangkat ke sawah-ladang
masing-masing, warga desa bicara tentang kabar burung yang mereka dengar
Parmin : "Ah, yang bener. Jangan guyon, 'Wahyu."
Wahyu :"Bener,tanya saja kalau tidak percaya. Semua orang sudah tahu."
Parmin : "Kamu tahu dari siapa?"
Wahyu : "Dibilang semua orang sudah tahu, ya dari orang-orang."
Parmin : "Ya, tapi dari mana asal kabar itu?”
Wahyu : "Saya sendiri tidak tahu. Yang jelas, kabarnya Mbah Joyo akan segera pulang. Itu saja. Tuh, lihat Kamto. Tanya saja sama
dia. Kamto, sini dulu."
Kamto yang nongol dari sisi lain, mendekat.
Parmin : (Tidak Sabar) "Bener Kamto, Mbah Joyo segera pulang?"
Kamto : "Saya dengar begitu, tapi sebaiknya jangan percaya dulu."
Parmin :"Kenapa begitu?"
Kamto :"Karena kabarnya simpang siur. Dari sana lain, dari situ lain. Ada yang bilang begini, ada yang bilang begitu, ada yang
bilang begini-begitu”.
Parmin :"Ya, tapi bagaimana jelasnya? Jangan mutar-mutar begitu."
Dari arah lain muncul Sanwiradji.
Kamto : "Tunggu, tunggu. Kita tanya Kakek Sanwiradji dulu, coba."
Parmin : "Kek, dengan kabar soal Mbah Joyo?"
Sanwiradji : "Seneng?Ya, jelas seneng kalau Mbah Joyo pulang. Ini berita gembira. Kita harus syukuran nanti”.
Parmin : "Lo, jangan senang dulu, jangan syukuran dulu. Kabar itu benar apa tidak?"
Sanwiradji : "Eh, siapa bilang saya tidak gembira? Jelas saya gembira dong."
Pannin : "Lo, saya tahu Kakek gembira. Saya juga gembira kalau berita itu benar. Tapi, berita itu dari mana asalnya? Berita itu
bener atau tidak?”. Sanwiradji : "Apal"
Parmin : "Jelaskan, Kamto. Jelaskan."
Kamto : (Teriak) "Kakek dengar berita dari siapa?"
Sanwiradji : "Lo, kok dari siapa, ya dari Roh Suci pelindung Festival Topeng.
Konon, asal kita mau menebusnya dengan mengadakan selamatan seribu tumpeng, Mbah Joyo bakal dipulangkan."
Parmin : "Tunggu, tunggu .... Aduh, ini kok tidak keruan ceritanyal" (Kesal) "Sudahlah, teruskan ceritarrya Kek ..."
Sanwiradji : "Ya sudah, begitu saja. Kita tinggal selamatan. Parmin, jangan bilang
saya tidak senang ya?".
Parmin diam saja.
Dikutip dari drama Festival Topeng karya Budi Ros
Sumber: Lina Naskah Drama. 2005
Drama
Kata drama berasal dari kata Yunani, draomai yang berarti berbuat,
berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagainya. Jadi, kata drama dapat
diartikan sebagai perbuatan atau tindakan. Drama adalah karya sastra
yang ditulis dalam bentuk dialog dengan maksud di pertunjukkan oleh
aktor. Pementasan naskah drama dikenal dengan istilah teater. Drama yang
memiliki muatan sastra mulai ada pada 1926, yaitu dengan lahirnya karya
Rustam Effendi yang berjudul Bebasari.
Boen S. Umaryati membuat pembabakan drama sebagai berikut:
1. Periode I976-1942 (periode kebangkitan)
2. Periode 1942-1945 (periode pembangunan)
3. Periode 1945-1950 (periode awal perkembangan)
4. Periode 1950-1965 (periode perkembangan)
Pada periode kebangkitan, tema dan motif lakonnya sangat bersifat
kepahlawanan, pengungkapannya romantis dan idealistis. Sastrawan pada
masa ini adalah sebagai berkut
1. Rustam Efendi, karyanya Bebasari
2. Muhammad Yamin, karyanya Ken Arok dan Ken Dedes , Kalau Dewi Tara Sudah Berkata
3. Sanusi Pane, karyanya Airlangga, Kertajaya, Sandhyakala Ning Majapahit, dan Manusia Baru
4. Armin Pane, karyanya Lukisan Masa dan Setahun di Bedahulu
Periode pembangunan merupakan periode yang produktif. Hal ini ditandai
pula dengan munculnya tema-tema romantis-realistis. Sastrawan pada masa
ini adalah sebagai berikut:
1. Dr. Abu Hanifah (El Hakim), karyanya Taufan di Atas Asia, Dewi Reni, dan lnsan Kamil.
2. Usmar Ismail, karyanya Citra, Libwan Seniman, dan Mutiara di Nusa
laut. Idrus, karyanya Jinak-jinak Merpati, Barang Tiada berharga, dan
Antara Bumi dan Langit.
Kamu tentu pernah menyaksikan pementasan drama di sekolahmu. Pementasan
drama di kelas biasanya mempertunjukan adegan yang pendek dengan naskah
yang singkat dan sederhana. Kamu dapat menulis sendiri naskah drama
tersebut. Namun, harus diingat waktu pementasan drama di sekolah,
apalagi di kelas waktunya sangat terbatas. Jadi hendaknya ditulis
pula naskah yang singkat dan sederhana. Pementasan drama di kelas biasanya terdiri atas satu babak saja.
Apabila kamu menyaksikan pementasan drama dengan naskah yang ditulis
oleh temanmu sendiri, tanggapan apa yang akan kamu berikan? Apa saja
yang perlu dibahas untuk menanggapi pementasan tersebut? Hal-hal yang
harus kamu perhatikan dan bahas antara lain sebagai berikut.
1. Apakah tema naskah menarik?
Tema yang diangkat untuk naskah drama pentas harus manarik. Hal tersebut
dimaksudkan agar dapat menarik perhatian umum. Tema harus tidak
ketinggalan (aptu det) zaman dan mampu memberikan kesan pada penonton.
2. Bagaimana akting para pemeran?
Akting/teknik berperan harus meyakinkan penonton, tidak boleh penonton
mengetahui bahwa yang dilakukan hanya sebatas pura-pura. Akting pemain
harus mampu membuat penonton yakin tentang segala sesuatu yang dilakukan
tokoh.
3. Apakah kerja sama dan kekompakan diterapkan dengan baik di atas panggung?
Pemain drama tidak boleh bersikap egois dan ingin menonjolkan diri
sendiri pada waktu pemetasan. Mereka harus kerja sama antarpemain karena
pertunjukan merupakan kerja bersama. Apabila pemain yang satu tidak
merespons pemain lain dengan baik, pementasan akan terlihat tidak
menarik.
4. Bagaimana kepaduan unsur pementasan tersebut?
Yang dimaksud kepaduan adalah kesesuaian antara cerita naskah dan akting
pemain, tata rias (mek ap), busana, musik, dan sebagainya. Apabila
unsur tersebut padu, pementasan drama menjadi satu kesatuan pertunjukan
yang menarik.
C.UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK KARYA SASTRA
• Tema: titik tolak pengarang dalam menyusun sebuah cerita
Pengarang menentukan tema sebelum mengarang
Pembaca menemukan tema setelah membaca seluruh cerit
ALUR/PLOT
Adalah rangkaian kejadian atau peristiwa yang disusun berdasarkan hukum sebab akibat.
Jenis alur: alur maju, alus mundur, dan alur campuran
Tahap alur:
1. Pengenalan situasi cerita/permulaan/exposition.
2. Pengungkapa peristiwa (complication)
3. Menuju pada adanya konflik (rising action)
4. Tahap perumitan
5. Tahap pncak konflik (klimaks)
6. Tahap peleraian
7. Tahap penyelesaian
TEMA
• Tema: titik tolak pengarang dalam menyusun sebuah cerita
Pengarang menentukan tema sebelum mengarang
Pembaca menemukan tema setelah membaca seluruh cerita
TOKOH
JENIS-JENIS TOKOH:
1. Tokoh protagonis : mendukung cerita
2. Tokoh antagonis : penentang cerita
3. Tokoh tritagonis : tokoh pembantu, baik protagonis/antagonis
PENOKOHAN
Adalah: proses pengarang dalam menampilkan tokoh
Cara pengarang menampilkan perwatakan tokoh:
1. ciri-ciri fisik tokoh
2. Percakapan antarpelaku
3. Lingkungan sosial
4. Gambar tempat tinggal tokoh
5. Pemaparan sifat tokoh
LATAR
ADA 3 LATAR:
1. Latar tempat
2. Latar waktu
3. Latar suasana
GAYA BAHASA
Gaya
bahasa menciptakan suatu nada atau suasana persuasif serta merumuskan
dialog yang mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi antara sesama
tokoh.
Gaya bahasa yang cermat dapat menciptakan suasana yang
berterus terang atau satiris, simpatik, menjengkelkan atau emosional.
Bahasa dapat menciptakan suasana yang tepat bagi adegan seram, adegan
cinta, adegan peperangan dan lain-lain
Bahasanya segar, komunikatif, mudah dipahami atau tidak berbelit-belit
SUDUT PANDANG(POINT OF VIEW)
Adalah: cara pengarang menceritakan tokoh.
Ada 2 sudut pandang:
Sudut pandang orang pertama tunggal:aku, saya,jamak:kami,kita
Sudut pandang orang ketiga tunggal: dia, nama orang, jamak:mereka
dia, nama mereka
Kedudukan Tokoh
• Orang pertama: pelaku utama, pengarang sebagai pengamat tisak langsung, pengarang sebagai pengamat langsung
• Orng ketiga: sudut pandang serba tahu, sudut pandang terarah
AMANAT
Adalah:
pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca, baik tersurat
maupun tersirat amanat disembunyikan pengarangnya dalam keseluruhan isi
cerita.
UNSUR EKSTRINSIK
Adalah unsur yang tidak secara langsung melekat dan membangun karya sastra.
Unsur ekstrinsik antara lain:
1. Latar belakang kehidupan pengarang
2. Kondisi zaman saat karya sastra itu diciptakan
Latar Belakang Kehidupan Pengarang
Meliputi:
1. Tingkat pendidikan
2. profesi/pekerjaan
3. Status sosial ekonomi
4. Pandangan politik
5. Kepercayaan/agama/faham yang dianut pengarang dan lain-lain
6. Keadaan Zaman pada Saat Karya Sastra Diciptakan
Merujuk pada situasi politik dan tingkat peradaban masyarakat saat karya sastra itu diciptakan
0 komentar:
Posting Komentar